Misteri Pohon Goyang di Gunung Kunci


Misteri Pohon Goyang di Gunung Kunci-Gunung Kunci yang berdiri kokoh di Kota Sumedang, Jawa Barat, diyakini menyimpan banyak kisah misteri, salah satunya pohon yang selalu bergoyang– goyang meski tak ada angin.

Matahari enggan menunjukkan sinarnya, padahal saat itu waktu sudah menunjukkan pukul 11.00 WIB. Meski begitu, tidak ada yang mengubah kesibukan para pedagang yang biasa mangkal di depan tempat wisata Gunung Kunci.

Gunung Kunci terletak di Dusun Peniunan, Kelurahan Kotakulon, Kecamatan Sumedang Selatan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Lokasi situs ini terletak di atas kawasan Taman Hutan Raya Gunung Kunci dan Gunung Palasari yang merupakan kawasan hutan Negara. Gunung ini berfungsi sebagai kawasan hutan konservasi dengan luas 3,67 Ha berupa hutan pinus dengan ketinggian 500 mdpi.

Novi sedang asik bermain ayunan di bawah pohon besar yang berada di Gunung Kunci. Tidak jauh dari tempat Novi terlihat sebuah gua yang sudah roboh dan hanya menyisakan genangan-genangan air.

Menurut Novi, terkadang di gua tersebut sering muncul bunyi–bunyi seperti seseorang tentara yang sedang berjalan. “Kadang-kadang juga kalau kata cerita-cerita orang-orang sini mereka suka melihat pohon yang bergoyang-goyang, padahal tidak ada angin atau orang,” kata gadis kelas 2 SMK tersebut.

Novi mengaku sudah sering berkunjung ke Gunung Kunci. Namun dia sendiri belum pernah bertemu setan yang ada di Gunung tersebut. Dia hanya pernah mendengar cerita- cerita dari orang-orang yang pernah berkunjung ke Gunung Kunci.

Hal senada juga diungkapkan oleh Usep. Usep adalah penjaga Gunung Kunci. Sudah empat tahun dia bekerja untuk menjaga Gunung yang merupakan bekas benteng Belanda tersebut. Namun, dia mengaku belum pernah diperlihatkan oleh sosok makhluk gaib di tempat itu.

“Kalau cerita misteri saya belum pernah mengalaminya, tetapi saya sering mendengar dari beberapa pengunjung yang datang. Katanya mereka pernah melihat pohon yang suka bergerak sendiri atau pohon yang menyerupai manusia bertubuh tinggi besar,” kata Usep dengan nada serius.

Menurut Usep, Gunung Kunci dulunya berfungsi sebagai benteng pertahanan. Di dalam gunung yang dibuat sekira tahun 1914–1917 terdapat sejumlah gua yang saling menyambung, bunker, dan juga benteng yang dilengkapi dengan kubah meriam dan senapan mesin. Namun, saat ini meriam dan senapan tersebut tidak lagi dipasang di gunung tersebut.
Selain itu, kondisi gua-gua yang ada pun sudang runtuh. Gua yang seharusnya menyambung sambil ke benteng pertahanan kini sudah dipagar. Apalagi gua tersebut dalam keadaan gelap dan lembab.

“Pernah dalam sebuah acara televisi yang melakukan uji nyali di gua tersebut pesertanya ada yang melihat tuyul. Kalau nggak salah terekam kamera juga. Itu sempat heboh juga di sini,” kata Usep.

Tidak hanya itu, ada juga beberapa penduduk yang berdagang di gunung ini sering diganggu oleh makhluk gunung. Kebanyakan dari mereka sering mendengar suara derap langkah tentara yang sedang berjalan bersama-sama.
                                                                        *****

Ujang sedang asik berkumpul bersama dengan para tukang ojek yang lainnya. Belum ada pelanggan yang datang untuk memakai jasanya. Oleh karena itu, sambil menunggu dia pun lebih memilih mengobrol dibandingkan tidur-tiduran di sebuah pos jaga yang berada tidak jauh dari tempat pangkal ojek.

Ujang sudah lebih dari empat tahun menjadi tukang ojek di daerah wisata Gunung Kunci. Setiap harinya dia menghabiskan waktu mangkal di depan Gunung Kunci untuk mendapatkan uang yang nantinya digunakan sebagai keperluan sehari – hari keluarganya.

Ujang bercerita empat tahun menjadi tukang ojek di depan Gunung Kunci pernah mengalami kisah-kisah misteri di Gunung bekas pengaduan domba tersebut. “Waktu itu malam – malam, saya bersama beberapa teman tukang ojek yang lainnya lagi asyik ngobrol di dekat pintu masuk Gunung. Kami merasa mendengar ada suara tentara berjalan padahal Gunung itu sendiri sudah dikunci sejak dari jam 5 sore,” katanya.

Lelaki berusia 45 tahun ini mengaku memang beberapa tukang ojek yang lainnya juga sering mendengar suara-suara tersebut. Tidak hanya suara derap langkah, terkadang terdengar juga suara hewan-hewan, padahal di gunung tersebut tidak ada hewan yang dipelihara.

“Katanya sih dulunya ada bekas pengaduan domba di sini, mungkin itu yang sering didengar sama masyarakat di sini. Tapi sih ada juga yang pernah dengar suara ayam berkokok atau suara-suara orang tertawa,” kata Ujang dengan raut wajah serius.

Hal senada juga diungkapkan oleh Sapri. Sapri sendiri sekarang hanya menjadi tukang ojek di gunung tersebut saat gunung dibuka. Namun setelah ditutup dia lebih memilih mangkal di tempat yang lain. Alasannya jarang ada pelanggan yang menggunakan jasanya jika sudah sore.

Sapri mengatakan pernah dipanggil oleh seseorang. Menurutnya saat itu kondisi di sekitar Gunung Kunci sedang hujan. “Waktu itu saya merasa kayak ada yang manggil – manggil tukang ojek, padahal waktu itu lagi hujan. Pas saya cariin tapi ngga ada orangnya. Habis itu saya langsung pulang saja karena saya takut,” katanya.
                                                                                    *****
Keberadaan Gunung Kunci sebenarnya merupakan ikon tersendiri untuk warga Sumedang. Karena selain sebagai tempat wisata gunung ini juga merupakan paru – paru kota.

Ditanamnya pohon – pohon besar seperti pohon pinus dan pohon mahoni, menandakan bahwa kota Sumedang masih memiliki resapan air sehingga akan terhindar dari bencana banjir. Namun, bagi sebagian orang atau pengunjung, gunung tersebut justru kerap dijadikan tempat berpacaran.

Menurut Usep, pernah ada sepasang kekasih yang tidak sengaja berpacaran di gunung tersebut. Mereka pun diganggung oleh penghuni gunung dengan cara pohon – pohon yang ada di sekitarnya itu berubah menjadi orang bertubuh tinggi dan besa.

“Memang kadang – kadang pengunjung suka sembarangan di sini, mereka pacaran mungkin sampai berbuat hal-hal yang dilarang. Jadi mereka diganggungin sama penghuni gunung ini,” kata Usep.

Saat reporter Okezone mengunjungi Gunung Kunci memang terlihat sejumlah pasangan muda mudi sedang bermesraan di gunung tersebut. Ada sebagian dari mereka yang berpacaran di sekitar benteng sampai ke tempat bekas pengaduan domba yang jaraknya lumayan jauh dari pintu masuk.

Ada juga beberapa pasangan yang nekad pacaran di dekat gua yang kondisinya sangat gelap. “Pernah ada yang kesurupan di gua itu, katanya mereka pacaran di gua yang bekas benteng,” kata Usep dengan serius.
                                                                        *****
Usep mengaku, sebagai penjaga situs Gunung Kunci dirinya hanya berani menjaga hingga pukul 17.00 WIB. lebih dari itu, butuh beberapa penjaga lagi. Karena situs ini terkenal dengan sumber daya alamnya dan juga kondisi gunung yang dibuat gelap membuat gunung menjadi sedikit menyeramkan.

“Saya tidak pernah jaga sampai lebih dari jam 5. Pokoknya kalau sudah jam 4 saya umumkan ke para pengunjung untuk segera turun. Ini karena kondisi gunung yang gelap, hal itu membuat gunung menjadi lebih menyeramkan,” kata Usep.

Namun, lanjut Usep, dia terpaksa menambah jam jaga jika ada permintaan dari dinas setempat. “Misalnya kalau ada kunjungan dari paranormal atau yang lainnya. Kayak waktu itu kunjungan Ki Joko Bodo yang datang ke sini, kami harus menjaga lebih lama tetapi semuanya penjaganya datang ke Gunung,” kata Usep.

Usep mengatakan, saat kedatangan Ki Joko Bodo semua makhluk gaib yang ada di Gunung Kunci sudah diamankan di dalam sebuah botol. Menurutnya, Ki Joko Bodo sendiri yang menunjukkan botol-botol berisi makhluk-makhluk yang ada di Gunung Kunci tersebut.
“Katanya memang di sini banyak penunggunya. Kalau saya sih percaya saja karena yang namanya tempat hutan belantara. Jangankan di tempat seperti ini di rumah sendiri saja pasti ada makhluk gaibnya,” kata Usep.

Menurut Usep, saat itu Ki Joko Bodo mengungkapkan makhluk yang paling menyeramkan dan jahat yaitu adanya sosok tentara Belanda. Namun, keberadaan mereka semua diklaim sudah diamankan oleh Ki Joko Bodo.
                                                                                    *****
Tidak jauh dari Gunung Kunci, masih ada di pusat kota Sumedang ada juga Gunung Palasari. Gunung yang dikenal sebagai Benteng Palasari ini terletak di Kelurahan Pasangrahan.

Benteng ini dibangun sekira tahun 1913 – 1917 di atas tanah seluas 6 Ha. Terdiri dari 8 buah bangunan beton. Masing – masing benteng dibangun secara terpisah dalam jarak satu sama lain dengan bentuk melingkar, sama seperti yang ada di Gunung Kunci.
Di dalam benteng ini terdapat 27 ruangan berpintu yang dilengkapi 35 buah jendela dengan 46 buah lubang ventilasi.

Dulunya benteng Palasari yang merupakan benteng tertinggi di sekitar kota Sumedang ini berfungsi sebagai gudang mesiu atau sebagai pos observasi yang berjarak kurang dari 1 kilometer dari tangsi Belanda (sekarang Kodim Sumedang).

Menurut Usep, Benteng Palasari tidak terbuka seperti Gunung Kunci. Karena jalan – jalan di benteng tersebut masih rusak dan tidak disemen seperti yang ada di Gunung Kunci. Selain itu, bangunan yang ada juga hanya sedikit dibandingkan yang ada di Gunung Kunci.

“Tetapi jalanannya yang masih berantakan yang menjadi alasan utama benteng itu tidak dibuka untuk umum seperti yang ada di Gunung Kunci,” kata Usep.

Sama seperti yang ada di Gunung kunci, kondisi di sekitar benteng Palasari pun tidak jauh berbeda. Benteng itu dibuat gelap oleh pemerintah daerah setempat. “Mungkin karena hanya ada benteng – benteng dan gua – gua jadinya tidak perlu dikasih lampu. Lagi pula di Gunung kunci sama di benteng Palasari tidak diperbolehkan digunakan untuk kegiatan pramuka. Karena di gunung ini semuanya gelap,” kata Usep.

No comments:

Post a Comment